BANYUWANGI – Bagi orang tua yang memiliki anak yang mengalami Tantrum, bisa dibantu oleh Klinik Psikologi Rumah Sakiit Al Huda (RSAH) Genteng, Banyuwangi. Tantrum atau krisis emosi adalah ledakan emosi yang ditandai dengan menangis, berteriak, menjerit, marah, membangkang, dan keras kepala. Hal ini biasa dialami anak usia 2-4 tahun. Sikap tenang orang tua dapat membantu anak dalam mengendalikan dan mengelola emosinya.
Psikolog RS Al Huda Ria Rizki Utami, M.Psi, menjelaskan, masa kanak-kanak adalah tahapan perkembangan yang sangat kompleks dan tidak terhindarkan dari adanya krisis di setiap tahapannya
“Salah satunya adalah tantrum. Anak akan mengalami gejolak emosi yang sulit dikendalikan karena mereka belum tahu bagaimana mengekspresikan emosi-emosi yang muncul,” ujarnya.
Ditambahkan, Tantrum merupakan tahapan perkembangan anak yang normal dan harus dilalui, umumnya terjadi pada anak usia 2 – 4 tahun. Hal ini terjadi dikarenakan pada tahap ini perkembangan bahasa anak baru berkembang dan perkembangan emosi mulai kuat. Sehingga anak belum mampu mengatakan apa yang mereka inginkan, rasakan atau butuhkan.
“Penyebab anak Tantrum itu variatif dan terjadi di mana saja. Bisa karena dia kesal, marah, merasa lelah, lapar atau merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru,” paparnya. Karena perkembangan bahasanya belum maksimal, mereka mengkomunikasikan perasaannya melalui tangisan, jeritan, atau perilaku-perilaku agresi seperti memukul atau menendang.
Maka dari itu, kata dia, peran orang tua sangat besar dalam membantu anak mengatasi dan menghadapi krisis emosi atau tantrum ini. Cara yang dapat dilakukan orang tua, pertama adalah memastikan bahwa orang tua atau pengasuh anak bersikap tenang, mengontrol diri agar tidak terpancing oleh tangisan anak dan membalas berteriak.
Kedua, bawa anak ke tempat yang aman. Apabila terjadi di tempat umum, maka anak dapat dibawa ke tempat yang lebih sepi. Selanjutnya, perhatikan kebutuhan anak dengan menawarkan minum, pelukan atau hanya ditemani.
Ketiga, berikan anak ruang untuk melepaskan emosidan. Keempat, validasi perasaannya dan cari tahu penyebab anak Ttantrum dengan cara ajak anak diskusi terkait sikapnya dan coba untuk menerima perasaan negatif dan rasa kecewa anak. “Apabila ada perasaan yang tidak tepat, maka orang tua boleh memberi tahu anak di tahap ini,” tegasnya. Sedangkan kelima, buat kesepakatan dengan anak terkait solusi atas kejadian yang membuat anak tantrum.
Dijelaskan, keberhasilan anak dalam mengendalikan dan mengelola emosi bergantung pada sikap tenang orang tua. Peran orang tua sangatlah penting untuk membantu anak mengelola emosinya dengan baik. “Keberhasilan pada tahap ini akan berpengaruh besar pada tahapan perkembangan selanjutnya,” tambahnya.
Jika tantrum pada anak tampak terlalu sering atau membuat anak menyakiti dirinya atau orang lain, lanjut dia, orang tua dapat berkonsultasi untuk mendiskusikan perilaku tersebut dan cara yang tepat untuk menanganinya. Klinik Psikologi RS Al Huda buka setiap Senin sampai Sabtu pukul 07.00 s/d 14.00 WIB. (hud)