Stroke Salah Satu Penyumbang Kematian Terbanyak

Banyuwangi – Penyakit stroke merupakan salah satu penyumbang kematian terbanyak di Indonesia. Setiap tahunnya, sebanyak 500.000 penduduk Indonesia terkena stroke. Bahkan, 1 dari 4 orang yang terkena stroke meninggal dunia. Sedangkan yang lainnya bisa mengalami cacat ringan hingga berat. “Saat ini, ada kecenderungan lebih banyak menyerang usia produktif,” ungkap dr Ariek.

Lestariningtyas,Sp.S,M.Si.Med, dokter Spesialis Penyakit Syaraf Rumah Sakit Al Huda (RSAH) Genteng, Banyuwangi.
Dijelaskan, stroke adalah kondisi emergensi “Brain Attack”. Penyakit ini disebabkan gangguan aliran darah ke otak tersumbat (iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (hemoragik). Hal ini mengakibatkan pasokan oksigen ke otak terganggu dan menimbulkan kerusakan otak yang mengakibatkan kecacatan seperti, terjadi kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara serta penurunan kesadaran secara mendadak.

“Saat ini pendekatan penanganannya lebih agresif dan sesegera mungkin dilakukan. Tujuannya untuk menurunkan angka kematian, mengurangi risiko kecacatan dan mempersingkat lama perawatan sehingga bisa menekan biaya perawatannya.” ujar dokter yang praktek setiap hari senin sampai Sabtu pukul 13.00 sd 15.00 WIB dan khusus hari Jumat praktek pukul 11.00 sampai 14.00 WIB ini.

Dia menambahkan, mengingat dampak stroke begitu berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan hidup penderita, maka penanganan harus cepat dan tepat sehingga bisa mencegah terjadinya kerusakan otak. “Bahkan bisa memulihkannya. Maka alangkah bijaksananya bila mengalami keluhan tersebut segera segera datang ke Poli Syaraf RSAH,” ujarnya. Atau bisa menelepon di Nomor 0333-842034 ext-127/128 atau WA di 081 340 5700 100.

“Ini agar segera bisa dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat, utamanya CT scan yang siap melayani 24 jam,” tegasnya
Lebih lanjut, Ariek menambahkan, faktor risiko penyebab penyakit ini dapat dibedakan menjadi dua. Yakni faktor risiko yang dapat dirubah dan faktor risiko yang tidak dapat dirubah. “Faktor risiko yang dapat dirubah yaitu merokok, minuman beralkohol, pola makan yang buruk, kurang olah raga yang bisa menyebabkan obesitas serta darah tinggi dan diabetes mellitus,” papar Ariek.

Sementara itu, untuk faktor risiko tersebut dapat dihindari dengan merubah gaya hidup dari gaya hidup tidak sehat menjadi gaya hidup yang sehat. Seperti berhenti merokok, menghindari minuman beralkohol dan makanan berlemak, rutin kontrol tekanan darah dan kontrol gula darah, berolah raga secara rutin agar berat badan ideal tetap terjaga, serta menerapkan budaya sabar, tidak kemrungsung dan menghidari stress. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dirubah antara lain usia dan riwayat keluarg,” pungkasnya. (hud)

Post Author: RSAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *