Gambiran – Salah satu upaya pencegahan penyebaran Covid-19 adalah penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru berupa Gerakan 3M yaitu menjaga jarak, menggunakan masker dengan benar dan mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau dengan hand sanitizer.
Namun pemakaian masker secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama serta frekuensi cuci tangan yang tinggi dapat mempengaruhi kelembaban kulit khususnya bagi mereka yang mempunyai kulit sensitiv. Demikian Dr. Khusnul Imama, Manajer Instalasi Rawat Inap RS Al Huda (RSAH) menyampaikan.
Dijelaskan “Pemakaian masker secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama membuat kulit jadi kering, iritasi, hingga timbulnya jerawat. Penyebabnya, kulit yang tertutup oleh masker menjadi lembab, panas, dan oklusi akibat tekanan masker.” jelasnya
“Terutama area hidung, mulut, dan pipi. Jika tidak rajin dibersihkan dan dirawat, maka keringat, minyak, dan kelembapan dapat bercampur jadi satu sehingga berdampak pada kulit,” jelasnya.
Untuk area hidung, adanya tekanan kawat masker, tali ikat masker, dan bahan kain masker yang menempel dengan ketat dapat menyebabkan lecet dan luka. Bagi sebagian yang lain ada pula yang berjerawat. Kondisi tidak hanya dialami oleh masyarakat, tapi sama halnya pula pada tenaga kesehatan.
Penting untuk segera membersihkan kulit setelah melepaskan masker agar kelembapan dan kebersihan terjaga serta selalu gunakan pelembab yang sesuai jenis kulit untuk mencegah iritasi sehingga kulit juga terasa nyaman” tutur Ima
Ditambahkan, permasalahan kulit juga akan dialami di area tangan karena peningkatan cuci tangan dengan air dan sabun maupun hand sanitizer. Kerusakan pada kulit dapat terjadi, terutama yang memiliki kulit kering. Begitu pun yang memiliki kulit sehat juga berpeluang mengalami kulit pecah-pecah dan kering apabila berlebihan dalam mencuci tangan.
“Cuci tangan dengan frekuensi yang tinggi, baik dengan sabun atau pembersih tangan bisa menghilangkan kelembaban atau protein dalam epidermis yang berakibat dermatitis kontak iritan pada tangan,” ungkap Ima
Ima melanjutkan, pembersih tangan berbasis alkohol dilakukan jika tidak tersedia air dan sabun. Apalagi saat tangan terlalu kotor atau berminyak, sangat tidak disarankan membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Oleh karena itu, penggunaan hand sanitizer secara bijak penting untuk diketahui agar terhindar dari efek samping.
“Kandungan alkohol yang ada di hand sanitizer dapat menimbulkan rasa gatal, panas, kering serta kemerahan pada kulit. Ada beberapa orang yang mungkin mengalami kulit lebih sensitif terhadap alkohol, oleh karena itu dianjurkan mengoleskan pelembab yang tepat. Pelembab yang dapat dipergunakan bisa dari golongan barrier repair, humektan atau oklusif,” lanjutnya.
Terakhir, Ima juga mengingatkan agar segera membersihkan kulit setelah melepaskan masker dan mengutamakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir karena selain dapat membunuh virus dan bakteri, juga bisa langsung membuang virus dan bakteri tersebut dari tangan. (RSAH)